Laa hawla wa laa quwwata illa billah

Kalimah “Laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Makna “Tiada Daya Upaya dan Kekuatan kecuali Allah”)

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ adalah kalimah:
1. Penyerahan diri kepada Allah. Diri yang mana?, Bagaimana? Ada Ilmunya..
2. Penyerahan Daya kepada Allah (HaulAllah).
3. Penyerahan Kekuatan kepada Allah (Quwatullah).
4. Penyerahan Qudrah kepada Allah. (Qudratullah).
5. Penyerahan untuk menolak syirik pada Sifat Allah (Haul, Quwa dan Qudratullah).
6. Terdapat penyaksian (syahadah) Haul Allah, Quwatullah dan Qudratullah pada semua yang terdapat pergerakan.

Jawapan dari panggilan Solat “Haiya alassolah”:
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ yang maknanya “Tiada Daya Upaya dan Kekuatan kecuali Allah” bermakna:
1. Nak angkat tangan berdoa pun kita tiada daya upaya dan kekuatan.
2. Nak berwuduk pun kita tiada daya upaya dan kekuatan.
3. Nak berjalan kemasjid pun kita tiada daya upaya dan kekuatan.
4. Nak bersolat pun kita tiada daya upaya dan kekuatan.
Jika kita bersolat dan merasakan atas daya upaya dan kekuatan kita maka, jatuhlah syirik dalam ibadah Solat kita. Bagaimana dengan amalan-amalan yang lain? Puasa, Zakat, Haji/ Umrah? Kita sentiasa melakukan syirik kepada Allah tanpa kita sedari..

Rahsia dalam amalan kalimah Haula ini diantaranya mati dalam arti usaha menindas keinginan nafsu. Demikian Rasulullah saw pernah bersabda:

موتوا قبل تموتوا ومن اراد ان ينظر الى الميت يمشى على وجه الأرض فلينظر الى ابى بكر

“Matilah engkau sebelum datang kematian. Siapa yang ingin melihat mayat berjalan di permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar.”

Sepertimana Firman Allah dalam Surah Az-Zumar, Ayat 30:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ

Sesungguhnya kamu mayat dan sesungguhnya mereka juga mayat.

Amalannya adalah penyerahan diri dalam segala pergerakan, daya, upaya dan kekuatan dalam melaksanakan segala urusan dan ibadah kepada Allah Ta’ala.
Hamba tidaklah boleh berbuat apa-apa walaupun untuk bergerak dan tidak boleh menolak sesuatu ketentuan, juga tidak boleh memiliki sesuatu selain daripada kehendak Allah.

“Tidak ada daya, kekuatan dan kuasa bagi hamba untuk menolak takdir dan tidak ada kekuatan untuk berbuat kebaikan selain dengan HaulAllah, Quwatullah dan Qudratullah.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

Dalam penjelasan Safinah An-Najah, Imam Nawawi Al-Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut,

لاَ يَحُوْلُ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ

Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Lihat Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najaa, hlm. 33)

Kalimat ini adalah kalimat yang ringkas, namun syarat makna dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,

يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan perbendaharaan dari perbendaharaan di syurga.” (HR. Bukhari, no. 7386)

Rasulullah shallalahu ’alaihi wa sallam berkata kepada Abu Musa radhiallahu ‘anhu,

ألا أدلك على باب من أبواب الجنة ؟ قلت بلى ، قال: لا حول ولا قوة إلا بالله ، رواه الترمذي وأحمد
“Maukah engkau aku tunjukkan satu diantara pintu-pintu surga? Aku berkata, ‘Tentu saja’. Beliau bersabda, ‘Laa haula walaa quwwata illaa bil-laah’.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Jami’ no. 2610)

Carilah IlmuNya, pelajarilah IlmuNya, amalkanlah IlmuNya dan semoga dibukakan IlmuNya…

Faalam Anahu La ilaha IlAllah…

Surah Muhammad Ayat 19,

…فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah (carilah mursyid, pelajarilah, fahamilah, amalkanlah), bahwa sesungguhnya La Ilaha IllAllah (tidak ada ILAH selain ALLAH)…

Kebaikan Paling Utama

Abu Dzar berkata,

قُلْتُ ياَ رَسُوْلَ اللهِ كَلِّمْنِي بِعَمَلٍ يُقَرِّبُنِي مِنَ الجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ، قَالَ إِذاَ عَمَلْتَ سَيِّئَةً فَاعْمَلْ حَسَنَةً فَإِنَّهَا عَشْرَ أَمْثَالِهَا، قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ ، قَالَ هِيَ أَحْسَنُ الحَسَنَاتِ وَهِيَ تَمْحُوْ الذُّنُوْبَ وَالْخَطَايَا

”Katakanlah padaku wahai Rasulullah ﷺ, ajarilah aku amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Apabila engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.”

Lalu Abu Dzar berkata lagi,”Wahai Rasulullah ﷺ, apakah ’Laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat itu (laa ilaha illallah) merupakan kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 55)

Hak Allah dan Hak Hamba

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hak Allah atas hamba adalah mereka harus menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Adapun hak hamba yang pasti diberikan Allah ‘azza wa jalla adalah Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (HR. Bukhari dan Muslim).

Nur wajah Rasulullah ﷺ

*﷽*

Saidatina Aisyah r.a meriwayatkan : “Aku pernah menjahit baju di bilikku , tiba² lampu terpadam , bilik menjadi gelap dan jarum terjatuh . Ketika aku cuba meraba raba mencari jarum itu , tiba² Rasulullah SAW datang kepadaku dari pintu bilik .

_Baginda mengangkat lampu dan wajahnya . Demi Allah yang tiada Ilah selainnya , sesungguhnya telah terang setiap penjuru bilik dengan cahaya wajah Baginda sehinggalah aku dapat menjumpai kembali jarumku , kerana nur yang memancar_ .

_Kemudian aku menghadap kepadanya , lalu aku berkata_ :

“ *Engkau lebih mulia daripada ayah dan ibuku wahai Rasulullah . Sungguh terang cahaya wajahmu* ”

_Rasulullah SAW bersabda : “_ *Wahai Aisyah , rugi besar kepada sesiapa yang tidak dapat melihatku pada hari Kiamat* ”

_Aku bertanya_ : “ *Siapakah yang tidak boleh melihat engkau pada hari Kiamat wahai Rasulullah ?* ”

_Baginda menjawab kali kedua dengan jawapan yang sama :_ “ *Rugi besar kepada sesiapa yang tidak dapat melihatku pada hari Kiamat* ”

_Aku bertanya lagi :_ “ *Siapakah yang tidak boleh melihat engkau pada hari Kiamat wahai Rasulullah ?* ”

_Lalu Baginda menjawab : “_ *Mereka yang ketika namaku disebut di sisi mereka , dia tidak berselawat ke atasku* ”

(Riwayat Ahmad dan Tirmizi)

*اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد* 🌺

Mawlid

Sayyid Muhammad Ibn ‘Alawi said that his Grandfather, Sayyid ‘Abbas once went to Hebron and he participated in a Mawlid there.
He saw an elderly and weak 80 year old man who strangely stood throughout the entire Mawlid so Sayyid’s Grandfather asked him about it and he said,
‘I use to abuse and mock those who participated in Mawlids especially those who stood in Mawlids to Praise Him.
One day, I went and I mocked them and called them people of Bid’ah and Evil.
I fell asleep that night and I saw Rasūlullāh ﷺ enter a gathering of Mawlid.
Everyone stood for Him out of Adab but He came to me and said,
‘You sit down!’ When i woke up I was completely paralysed.

I tried every doctor for a long period but nothing worked until I met the Great Palestinian Wali, Shaykh Khalil Al-Khalidi who said,
‘You’ve upset Rasūlullāh ﷺ…’
So I made promise that i’ll never speak against those who participate in the Mawlid and secondly that i’ll stand throughout the Mawlid myself.’

The old man said,
‘The day I sincerely made the promise,
I went to sleep and saw the exact same dream with the exact same people.
This time, Rasūlullāh ﷺ walked In, came to me and said,
‘You can stand for Me!’ So I stood.
By Allāh, I woke up standing and completely cured.’

Sayyid Muhammad narrated this from his father Sayyid ‘Alawi, who narrated this from his father – Sayyid ‘Abbas.
This was during the time of Sharif Husayn.
He was sent to overlook the renovation of the Dome Of The Rock and then they went to Hebron to visit Prophet Ibrahim (Peace Be Upon Him)

This event took place during that visit.

Sucikanlah nama Robbmu Yang Maha Tinggi

Surah Al-Ala, Verse 1:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
Sucikanlah nama Robbmu Yang Maha Tinggi,
Terdapat 980 nama Asma Robb (root) dalam Al Quran pada 871 Ayat,
Adakah kita mensucikan, mengagungkan, meninggikan, memuliakan, mentauhidkan nama-nama Allah ketika menyebutnya didalam rutin harian kita ketika menggunakan bahasa selain bahasa Arab????

Baiah

Hadits: “Man khola’a yadaa min tho’ati laqiyallohu yaumal qiyaamati laa hujjata lahuu waman maa ta walaisa fii ‘unuqihi bai’atun maata miitatun jaahiliyyata”

Artinya: “Barang siapa yang melepaskan tangan dari keta’atan, ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat tidak mempunyai hujjah, dan siapa yang mati yang tidak ada pada pundaknya bai’at (menentang bai’at yang sah) maka ia mati seperti yang mati di zaman jahiliyah.”

Amalan Paling Baik dan Suci

Sabda Rasulullah saw.: “Maukah kalian aku kabarkan kepada kalian amalan yang paling baik dan suci yang kalian miliki, yang paling tinggi dalam derajat kalian, paling baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak dan lebih baik daripada ketika kalian bertemu musuh lalu kalian memenggal lehernya atau mereka memenggal leher kalian?” Mereka menjawab: “Tentu”. Beliau bersabda: “Yaitu zikir kepada Allah Ta’ala.” (HR. Tirmidzi)

Seafdhal Zikir adalah Laa Ilaha IllAllah.

Perang Besar

Nabi bersabda: “Kita telah kembali dari perang kecil ke perang besar”
Yang dimaksudkan dengan perang besar adalah perang melawan hawa nafsu.

Sabda Nabi kepada sebahagian sahabatnya: “Musuhmu yang paling utama adalah nafsumu yang berada di antara kedua dadamu”

Fadhlah Bin Ubaid R.A meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda: “Mujahid (orang yang berjuang dijalan Allah) yang sebenarnya adalah orang yang berperang melawan hawa nafsunya sendiri. (HR Tirmidzi)

Hamba-Hamba Allah yang menegakkan Agama Allah

Imam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka” (Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80)

Muqaddimah { Awal Penciptaan Makhluk }

Ketahuilah, semoga engkau diberi taufiq kepada segala yang dicintai dan diredhai Allah. Makhluk yang pertama yang diciptakan Allah adalah Ruh Muhammad ﷺ. Ia diciptakan daripada cahaya ‘Jamal’ Allah. Sebagaimana firman Allah didalam Hadis Qudsi: “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Zat-Ku”
Nabi ﷺ bersabda:
“Yang pertama diciptakan oleh Allah ialah ruhku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah cahayaku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah aqal”.
Hakikat Muhammad disebut ‘nur’,kerana bersih dari segala kegelapan yang menghalangi untuk dekat kepada Allah sebagai mana firman Allah: “Telah datang kepadamu cahaya dan kitab penerang dari Allah”. Hakikat Muhamad disebut juga akal, kerana ia yang menemukan segala sesuatu. Hakikat Muhammad disebit qalam. kerana ia yang menjadi sebab perpindahan ilmu (seperti halnya mata pena sebagai pengalih ilmu didalam huruf pengetahuan yang tertulis). Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sesuai dangan sabda Rasul ﷺ: “Aku dari Allah dan orang-orang mukmin dari aku”. Continue reading “Muqaddimah { Awal Penciptaan Makhluk }”

Syafaat Debu Sulthonul Auliya’ SYEIKH ABDUL QADIR AL JILANI.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Sang Guru Mulia Al Alim Al Allamah Al Musnid Habib Umar Bin Hafidz ketika lawatannya ke Inggris. Guru Mulia menuturkan suatu kisah:
Seorang yang hidup di masa Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Syekh ‘Abdul Qadir Al Jilani.
Ketika orang itu meninggal dunia dan di kuburkan, orang-orang yang berada di sekitar pekuburan mendengar jeritan, lolongan orang itu dari dalam kubur.

Para sahabat (murid-murid) Syekh ‘Abdul Qadir Al Jilani bercerita kepadanya,
dan segera Syekh Abdul Qadir Al Jilani menghampiri kubur tersebut.
Masyarakat menyaksikan dan memohon kepada Beliau agar memohon kepada Allah subhanallahu wata`ala agar hukumannya di angkat.

Kemudian Syekh Abdul Qadir Al Jilani bertanya kepada para sahabat-sahabatnya:
“Apakah ia salah satu dari sahabatku (muridku)?”

Mereka menjawab:
“Bukan wahai Syekh……”

Lalu Beliau bertanya kembali :
“Pernahkah kalian melihatnya hadir pada salah satu majelisku?”

Mereka menjawab :
“Orang itu tidak pernah menghadiri majelismu.”

Asy Syekh Abdul Qadir bertanya lagi :
“Pernahkah ia ke masjid dengan tujuan untuk mendengarkan ceramahku, atau shalat di belakangku?”

Mereka menjawab :
“Tidak pernah , ya Syekh..!!!!!”

Lalu Asy-Syeikh Abdul Qadir bertanya lagi :
“Pernahkah aku melihatnya?”

Mereka menjawab :
“Tidak pernah, ya Syekh…!!!”

Lalu Asy Syekh Abdul Qadir bertanya lagi :
“Apakah ia pernah melihatku?”

Mereka menjawab :
“Tidak ya Syekh….!!”

Lalu salah seorang dari mereka berkata:
“Namun, wahai Syekh, aku pernah melihatnya melintas di suatu jalan setelah engkau dan para sahabatmu baru saja selesai dari majelis, dan ia melihat jejak jalanmu”
(di masa itu Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani bila berjalan dengan rombongannya,
dengan mengendarai kuda, hingga menimbulkan debu-debu yang mengepul di udara),
orang akan segera tahu, “Wah…konvoi Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani barusan lewat nih.” (Kira-kira begitu).

Lalu Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani menengadahkan tangannya kepada Allah Ta`ala seraya berdo`a :

“Ya Allah, orang ini adalah orang yang pernah melihat debu jejak jalan kami selesai majelis,
jika Engkau mencintai kami Ya Allah…., kami memohon kepada-Mu berkat kecintaan-Mu
kepada kami untuk mengangkat hukuman serta siksaan pada hamba ini.”

Seketika itu juga, jeritan dari dalam kubur terhenti. Masyallah.

Baru melihat debunya saja, seorang Wali Allah,
Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Asy Syekh Abdul Qadir al Jilani memberikan syafaat di alam kubur!
Lalu bagaimana dengan para sahabatnya (muridnya) yang siang dan malam menghadiri
majelis-majelis beliau, mengenal dan mencintainya? (Tentu lebih dahsyat lagi).

Dari debu inilah Sulthonul Auliya’ Al Qutb Rabbani Asy Syekh Abdul Qadir Al Jilani memohonkan ampun, memberikan syafaat kepada orang tersebut. Bagaimana jika seandainya orang tersebut sulit di cari, apa alasan Asy Syeikh Abdul Qadir Al Jilani untuk memberikan syafaat kepadanya? Naudzubillah.

Oleh karena itu semasa hidupnya seorang muslim selayaknya mencintai para shalihin, para wali Allah! Sebab merekalah perantara antara kita dengan Allah Ta’ala.
Para Wali Allah dicintai di langit dan di bumi sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Imam Bukhari,

“Jika Allah Ta`ala cinta kepada hamba-Nya,
maka Allah akan berkata kepada malaikat Jibril Alaihis Salam
yang merupakan pemimpin dari para malaikat di tempat tertinggi:
“Wahai Jibril, Aku mencintai hamba itu,
maka umumkanlah kepada semua penduduk langit untuk mencintai hamba tersebut.”
Lalu malaikat Jibril Alaihis Salam mencintai hamba tersebut karena Allah Ta`ala
dan mengumumkannya, sehingga seluruh para malaikat ikut mencintainya.

Sumber :
Keberkahan Sulthanul Awliya Al Imam Al Quthbul Rabbani Al Ghaust Al’Adzom
As-Sayyid Asy- Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.

Tiada ILAH melainkan ALLAH

ALLAH berfirman dalam hadis Qudsi;

ALLAH telah memberi wahyu kepada Musa a.s, Nabi Bani Israel bahawa; “Barangsiapa bertemu dengan AKU, padahal dia engkar kepada AHMAD, nescaya AKU masukkan dirinya ke dalam neraka”

Musa a.s berkata; “Siapakah AHMAD itu wahai ROBB-ku?”

ALLAH berfirman; “Tidak pernah AKU ciptakan satu ciptaan yang lebih Mulia menurut pandangan-KU daripadanya. Telah KU tuliskan namanya bersama nama-KU di ‘Arasy sebelum AKU ciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Sesungguhnya syurga itu terlarang bagi semua makhluk-KU, sebelum dia dan ummatnya terlebih dahulu memasukinya”

Musa a.s berkata; “Siapakah ummatnya itu?”

Firman-Nya; “Mereka yang banyak memuji ALLAH. Mereka memuji ALLAH sambil (nafas) naik sambil (nafas) turun dan pada setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang (menutup aurat) dan berwudhu’ membersihkan anggota badan. Mereka berpuasa di siang hari bersepi diri dan berzikir sepanjang malam. AKU terima amal yang dikerjakan dengan ikhlas meskipun hanya sedikit. Akan KU masukkan mereka ke dalam syurga kerana kesaksian-nya; “tiada ILAH melainkan ALLAH”

Musa berkata; “Jadikanlah saya Nabi ummat itu?”

Allah berfirman; “Nabi ummat itu dari mereka sendiri”

Musa berkata lagi; “Masukkanlah aku ke dalam golongan ummat Nabi itu?”

ALLAH menerangkan; “Engkau lahir mendahului Nabi dan ummat itu, sedang dia lahir kemudian. AKU berjanji kepadamu untuk mengumpulkan engkau bersamanya di Daarul-Jannah.”

Syahadah membuang Syirik

LA ILAHA ILALLAH IlmuNya akan menghapus segala Syirik dalam Qalbu dan Solat, dan proses inilah yang membawa anda kepada SOLAT KHUSYU, Mensyirikan ALLAH dalam SOLAT adalah membawa segala ingatan Dunia, Harta, Manusia, Raja, Menteri, Ketua dan Duit kedalam Qalbu di hadapan ALLAH dan Memandang Makhluk dan berpaling dari ALLAH, apabila Mata ini Memandang kepada Makhluk dengan Mata Qalbu itulah Ibadat yang telah di Syirikan disisi ALLAH. Bahaya Ibadat serupa ini, itulah Ibadatnya si Syaitan Laknatullah di hadapan ALLAH selama 700,000 Tahun dan itulah Solatnya Syirik Setiap Ummat Islam di dunia ini bukan Solatnya Mukmin yang Khusyu dalam Solat seperti yang ALLAH Sifatkan dalam Surah 23, Ayat 1, Sungguh telah berjaya Orang Mukmin yang Khusyu dalam Solat mereka, Zikrullah adalah Engine kepada Qalbu untuk mencapai Keadaan Khusyu dalam Seluruh Solat. Tidakkah anda mahu merasai Solatul Khusyu dalam setiap Rakaat. Di Hari Kiamat jika ALLAH buang segala amalan SOLAT kita sepanjang Usia kita Bersolat kepada ALLAH, jangan sekali-kali salahkan ALLAH, kami telah sampaikan Amanah ALLAH.

Beratnya Laa Ilaha IllAllah

Beratnya La ilaha IlAllah –  Bukan kerana Ucapannya

Beratnya La ilaha ilAllah –  Bukan kerana Wiridnya
Beratnya La ilaha ilAllah  – Bukan  kerana mengulanginya TETAPI
Beratnya La ilaha IlAllah  – Adalah Kerana Syahadahnya dari Ilmu Lautan Syahadah.

Faalam Anahu La ilaha IlAllah Surah Muhammad Ayat 19,

…فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah (carilah, pelajarilah, fahamilah, amalkanlah), bahwa sesungguhnya La Ilaha IllAllah (tidak ada Ilah selain Allah)…

Kaum Munafikoon termasuk Umat Islam yang tidak menerima Ilmu Kalimah yang di sebut dalam Firman Allah di Surah 63 (Munafikoon) Ayat 1, tidak ada berat Syahadah mereka. (Tafakkur dari Ayat ini, adakah Syahadah Rasulullah kita benar. Jika tidak, kita termasuk golongan pendusta dan pendusta termasuk salah satu sifat orang munafik).

Haqiqat Syahadah

Betapa benarnya hakikat bahawa Syahadah Membuang Syirik dan hanya mereka yang ada Ilmu KALIMAH LA ILAHA ILALLAH yang Mengenal dan Memahami segala jenis Syirik yang di lakukan oleh setiap Muslim dalam semua gerak geri mereka , Selamatkanlah diri mu wahai Ummat Islam dari segala dosa-dosa Syirik terutama Syirik dalam ibadat [ Al khafi – Ayat 110].

Kalimah

Diriwayatkan dari Abu Bakar R.A. bahawa Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa menerima dariku salah satu kalimah yang pernah aku sampaikan kepada pamanku (Abu Thalib) pada saat menjelang ajalnya yang ia menolaknya, maka Kalimah itu (akan menjadi sebab) keselamatan baginya.“ (Hr. Ahmad dalam Musnadnya 1/6).